Gede Ardiantara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hilangnya Mahkota

Hilangnya Mahkota

“Hei, anak muda. Mengapa kau duduk di antara rimbunnya angsoka merah?” tanyaku pada seorang anak muda yang asing bagiku. Dia diam tak menyahut. Sepertinya ia tuli, pikirku. Pendengarannya bermasalah. Suaraku yang begitu menggelegar, tidak ia dengar. Aku berjalan mendekatinya. Saking penasarannya, hampir saja aku terjerembap dalam lubang biopori tak terawat. Nyaris aku mengumpat lubang polos tak berdosa. Bangkit dari lubang biopori, aku melanjutkan misiku. Kini aku mengambil posisi dua langkah di belakang anak muda.

 

“Hei, anak muda. Apa yang kau lakukan di sini?” kembali aku bertanya. Anak muda bergeming. Kalau ada dokter cantik itu di sini, pasti dikatakan tekanan darahku naik. Benar saja. Emosiku membuncah. Anak ini sungguh menjengkelkan. Sudah sebegitu dekat jarak kami, masih saja ia membisu. “Dasar anak tuli! Dasar bisu!” umpatku. Tak puas berada di belakangnya, aku berpindah tempat. Kali ini aku bergegas ke depan anak muda itu. Aku berjalan memutar. Aku tak ingin mengusik si cantik angsoka.

 

“Hei, anak muda. Mengapa kau diam saja?” tanyaku. Penasaran dan kesal bercampuk aduk bak es teler. Pertanyaanku tak digubrisnya. Tak lama kemudian, burung Nuri muncul dengan wajah lemas dari balik tas dan jaket hijau. Si anak muda tampak mengelap tubuh sang burung yang basah kuyup. Kagetku semakin menjadi ketika datang seorang wanita paruh baya. Larinya tergopoh-gopoh mendekati si anak muda. “Anakku, kamu kemana saja, Nak? Ibu sudah keliling mencarimu. Ternyata kamu di sini, Nak.” ucap sang Ibu. Anehnya, mulut si anak muda juga masih terkunci. “Bapak, maafkan anak saya. Barangkali ia sudah mengganggu Bapak. Saya kehilangan dia sejak tadi siang. Ia mengejar Nuri kesayangan yang lepas dari sangkar.” Sang Ibu meminta maaf padaku. “Ya, tidak apa-apa, Bu. Tapi mengapa anak Ibu tidak merespon pertanyaan saya?” tanyaku. Sesaat kemudian, si anak muda menarikan pulpen di atas kertas. Hasilnya adalah “Aku mohon maaf. Aku telah berpura-pura tuli dan bisu. Ketika mengejar burung, gigi depanku patah 3 biji.” Si anak muda pergi berlari meninggalkan kami dan patahan giginya.

 

#pentigraf

#TantanganMenulisGurusiana (Hari ke-94)

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak! Si pembacaca menunggu apa maksud dari isi tulisan bapak. Bapak penulis yang hebat

02 Jun
Balas

Wow keren pak Gede....follow juga ya

02 Jun
Balas

Wah keren pak,ttp berkarya,jangan lupa follow akun saya,mari berbagi

02 Jun
Balas



search

New Post